Imagination Needs
Ketika masih berusia sekitar 13 tahun, saya yang masih sekolah di pesantren, punya kesempatan untuk berlibur dan pulang ke rumah. Namun bersama teman, kami menyempatkan diri berkunjung ke warung internet (warnet) di kawasan Terminal Blok M untuk sekadar menghias laman Friendster, berkenalan dengan santri perempuan via Yahoo Messenger, bermain game Counter Strike, dan tentunya membuka situs porno. Pada saat itu, saya berpendapat mungkin seperti inilah rupa “masa depan” yang sesungguhnya.
Kini, relasi manusia dengan teknologi membawa kita pada fenomena yang lebih baru dibanding cerita saya di atas. Melalui berbagai platform seperti Onlyfans, atau aplikasi live streaming yang menyajikan konten dewasa, hal tersebut bisa dimanfaatkan siapa pun, untuk mencari uang, validasi, atau sekadar menjadi tempat berekspresi.
Termasuk bagi kedua teman saya yang saya libatkan dalam pengerjaan proyek foto ini. Setelah mendapat persetujuan dari mereka. Saya menanyakan kepada keduanya beberapa hal terkait motivasi dan pengalaman, hingga berbicara perihal ketakutan yang dirasakan, mengingat Indonesia memiliki regulasi ‘hukum yang melarang pornografi dan punya standar norma yang bisa dibilang berseberangan.
Pandemi mengubah pola interaksi hingga fantasi. Syukurlah teknologi digital memfasilitasi masyarakat modern ketika dihadapkan pada kesepian.