MR.X
Ajeng Dinar Ulfiana
Menunggu adalah suatu tindakan untuk tinggal atau mendiami beberapa saat disuatu tempat dan mengharapkan sesuatu terjadi. Menunggu itu adalah tindakan yang membuang waktu dan sangat membosankan, untuk itu seseorang membutuhkan ekstra kesabaran dalam menanti sebuah ketidak pastian. Dalam penantian pasti ada usaha untuk mencari jawaban, percayalah hal-hal yang baik akan datang bagi yang menunggu kecuali bagi dia yang menunggu terlalu lama.
Itulah yang terjadi jika dirimu menjadi mayat tanpa identitas atau yang disebut dengan tunawan atau “MR.X”. Jika dirimu menjadi “MR.X”, kamu akan menunggu selama dua hingga tiga hari sampai dijemput oleh keluargamu, tapi kalau tidak ada yang mengakui jasadmu akan dimandikan, disolatkan dan dimakamkan oleh orang lain dengan liang kubur ukuran setengah meter. Selain itu nisanmu bukan menggunakan namamu, melainkan dengan nama “Mr. X” entah itu perempuan ataupun laki disertakan nomor kuburan dan tanggal dirimu dikubur.
Asal mula mayat “Mr.X” biasanya dari berbagai tempat seperti kosan, jalanan, hingga panti sosial Orang Dengan Masalah Kejiwaan (OMDK). Proses penemuan “Mr.X” ini berawal dari temuan warga, kemudian warga melaporkan ke polisi, selanjutnya polisi akan menghubungi Palang Hitam, dan Palang Hitam menjemput dan mengantarkan mayat ke RSCM atau RSUD yang menampung para Tunawan untuk diperiksa, diotopsi, dimandikan, dikafani, dan dikuburkan. Namun, jika ada indikasi mayat tersebut merupakan korban kejahatan, maka penyelidikan bisa dilakukan hingga dirasa cukup sebelum akhirnya dikuburkan.
“Banyak banget jenis mayat “Mr.X”, ada yang membusuk hingga penuh belatung, ada yang terpisah-pisah karena korban pembunuan, ada yang ga jelas mukanya karena korban kecelakaan, ada juga dari panti sosial semua itu tergantung bagaimana “Mr.x” meninggal. Yang pasti “Mr.X” itu meninggal karena tidak memiliki identitas. Nah saat dikubur yang membedakan jenazah tunawan saat meninggal adalah nisannya, ” ujar Bu Sum selaku petugas pemandian mayat Palang Hitam (13/10).
Blok pemakaman khusus tunawan ada dua wilayah, TPU Srengseng Jakarta Selatan, TPU Tegal Alur Jakarta Barat, TPU Sunter Jakarta Utara dan TPU Pondok Rangon Jakarta Timur. Para tunawan ini dirawat dan ditanggung oleh Pemda DKI. Dari data yang disediakan oleh Penyedia Taman Pemakaman Umum dan Pemulasaraan Jenazah DKI Jakarta, diketahuiPada 2013, ada 1.889 tunawan yang ditemukan di Jakarta. Angka itu naik tahun berikutnya menjadi 2.190 tunawan. Lantas pada akhir tahun lalu, ditemukan 2.668 tunawan.
Ajeng Dinar Ulfiana
Menjadi mahasiswa jurnalistik di IISIP Jakarta membuat wanita kelahiran 8 September 1995 terjun ke dunia fotografi Jurnalistik. Wanita yang bernama lengkap Ajeng Dinar Ulfiana mempelajari fotografi melalui forum yang bernama FOKR di tahun 2014. Wanita yang kerap di sapa Ajeng itu memiliki ketertarikan di dunia foto Jurnalistik karena menurutnya foto jurnalistik memiliki keunikan tersendiri dan tidak ada habisnya. Selain itu wanita yang bertempat tinggal di Jakarta itu tertarik dengan persoalan sosial dan budaya. Baginya foto jurnalistik itu adalah meggambarkan suatu cerita di sekitarnya.