MEETING DESTINY
Ibu Ekawati Suwono lahir pada awal masa kemerdekaan sebagai anak sulung dari 5 bersaudara. Di tahun 60-an dia kerap kali menari jawa tradisional di kantor kabupaten Nganjuk. Dari pernikahannya di usia yang masih dini, dia melahirkan seorang putri. Pernikahan yang hadir secara tiba-tiba itu dijalaninya tanpa bekal pengetahuan berumah-tangga. Ketika putrinya berusia 7 tahun dia “terpaksa” menitipkan putrinya kepada orang tuanya. Beberapa tahun kemudian, mereka tinggal bersama kembali walaupun tidak pernah lagi secara penuh. Hubungannya dengan putrinya terlihat hangat dan bahkan bisa dikatakan kompak.
Aku adalah putri ibu Ekawati. Hubungan kami perlahan berubah ketika ayah meninggal. Kami yang tadinya cukup kompak, jadi sering berselisih pendapat. Sampai pada suatu ketika aku menemukan foto-foto masa kecil ibu. Perhatianku terhenti pada foto di mana ibu tampak sangat ceria. Selama 50 tahun bersamanya, aku belum pernah melihatnya seceria itu. Perlahan aku menyadari bahwa aku belum mengenal ibuku secara utuh. Sejak saat itu, aku semakin giat mengumpulkan foto-foto arsip keluarga kami sambil memotret keseharian ibuku.
Proyek ini dibuat sebagai penanda ketika aku menyadari bahwa bukan hubungan kami yang berubah, melainkan ibuku yang berubah menjadi dirinya seutuhnya. Ibu Liem Gwat Tjhoen, aku bersyukur menjadi putrimu dan mulai mengenalmu secara utuh.