Karate-Do
Pemahaman tentang Karate-Do atau karate sebagai cara hidup, baru-baru ini saja saya sadari. Hal ini muncul perlahan-lahan saat melihat anak berlatih karate, berdiskusi bersama dan membaca berbagai literatur karate. Dengan kata lain, Karate-Do baru dipahami jauh hari bahkan setelah saya berhenti berlatih karate di dojo atau tempat latihan.
Karate sebagai seni bela diri tangan kosong bukan melulu soal latihan fisik, melainkan latihan fisik yang dilakukan merupakan pengantar memasuki perjalanan mengenali diri dan menyempurnakan karakter praktisinya.
Pengenalan diri dimulai ketika karateka mempelajari kata. Kata adalah rangkaian jurus-jurus yang membentuk suatu teknik bertarung yang dilatih seorang diri tanpa kehadiran partner. Kata dalam aliran Shotokan terbagi ke dalam dua arus utama yaitu aliran Shorin-ryu dan Shorei-ryu. Disini karateka akan mengenali diri melalui kecocokannya membawakan kata dari aliran tertentu.
Aliran Shorin-ryu memberi penekanan kepada gerakan-gerakan yang ringan dan cepat, seperti gerakan-gerakan terbang pada burung. Sedangkan aliran Shorei-ryu memberi penekanan kepada kekuatan fisik dan otot, dimana gerakan-gerakannya dibawakan dengan ledakan tenaga, tegas, dan kuat.
Sementara itu karakter terbentuk karena pembelajaran dari nilai dan kepercayaan. Nilai-nilai dasar atau filosofi dalam karate antara lain: pikiran harus jernih seperti air agar dapat melihat dengan jelas, pertama-tama kenalilah diri sendiri baru orang lain, dan tidak ada serangan pertama dalam karate karena karate digunakan bukan untuk menyerang duluan tetapi untuk bertahan.
Pada akhirnya kondisi yang akan dicapai dari berlatih kata adalah mu-shin atau mind and body unity. Mu-shin merupakan kondisi dimana terjadinya keharmonisan pikiran dan jasmani sehingga petarung tidak lagi merasakan kemarahan, rasa takut, dan ego dalam bertarung. Sebaliknya petarung hanya akan melakukan yang terbaik. Langit menjadi batasnya.