Bersekolah di Masa Pandemi
Topik “Bersekolah di Masa Pandemi” saya pilih karena sangat dekat dengan keseharian saya selama pandemi. Saya tinggal di Kediri, kota kecil di Jawa Timur, setiap hari berinteraksi dengan tetangga/masyarakat sekitar yang mengalami berbagai permasalahan terkait pendidikan anak di Sekoloh Dasar. Permasalahan pendidikan di masa pandemi menjadi sangat menarik kerena kompleksitas yang ada khususnya bagi masyarakat kelas menengah ke bawah terutama di desa/kota kecil dengan segala keterbatasannya.
Pendekatan yang saya lakukan adalah secara jurnalistik & konseptual.
Proyek ini berfokus pada proses belajar daring dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMP) pada pendidikan dasar tingkat SD, khususnya di SDN Tinalan 2 Kediri dan anak-anak/masyarakat di sekitar tempãt tinggal saya karena pertimbangan kemudahan akses.
Salah satu narasumber dalam proyek ini adalah Bu Kasiyatun. Dia adalah Guru SDN Tinalan 2 Kediri yang sudah mengabdi lebih dari 35 tahun. SDN Tinalan 2 Kediri memiliki 6 kelas (kelas 1-6), dipimpin Bu Lilik dibantu 3 guru tetap sebagai ASN senior, 4 guru honorer, 2 tenaga administrasi honorer. Para guru/tenaga admin honerer rata-rata sudah bekerja 5 sampai dengan 15 tahun. Saat ini, mereka memperoleh honor Rp. 550.000/bulan. Meskipun lokasinya di tengah Kota Kediri, sekolah ini memiliki fasilitas yang relatif sederhana. Murid SDN Tinalan 2 Kediri mayoritas dari kelas menengah ke bawah.
Sejak pandemi, kegiatan belajar dilakukan melalui Daring dengan pemberian tugas dari buku LKS. Komunikasi murid/wali murid dengan guru melalui WAG. Namun, ada murid yang tidak memiliki handphone sehingga mereka tidak dapat mengikuti proses belajar. Hal ini membawa dampak ada murid di kelas 2, 3 dan 4 belum mampu baca tulis karena hampir 2 tahun tidak belajar di sekolah & tidak memiliki sarana penunjang belajar di rumah. Permasalahannya bukan hanya orang tua tidak mampu mengajar karena mereka bukan guru, namun juga tidak sempat mengajari karena harus bekerja mencari nafkah.
Sejak 27 September 2021, sekolah diperbolehkan melakukan PTMT dengan kapasitas kelas 50%, maksimal 2 jam/hari, dua kali seminggu, dengan bergiliran dari jam 07.00 s.d 09.00 dan jam 09.00 s.d 11.00). Meskipun jumlah jam belajar PTMT sangat terbatas, diharapkan mampu membawa semangat belajar dan meningkatkan pengetahuan para murid. Para wali murid antusias menyambut berlakunya PTMT ini. Mereka sudah sangat kewalahan menjadi pendidik anak-anak selama pandemi ini, bahkan sebagian minta diajarkan para guru terutama pelajaran Matematika.
Photo story “Bersekolah di Masa Pandemi” diharapkan dapat menjadi bagian perjalanan sejarah visual Pendidikan Indonesia dan menjadi “jendela” sehingga anak-anak Indonesia bisa memperoleh kesempatan belajar lebih baik.