5 Months Before
Sedari kecil saya memupuk kekaguman terhadap sosok Ibu saya yang serba bisa dan selalu ada saat kami anak-anaknya membutuhkan. Meskipun kami terus berpindah-pindah, namun Ibu selalu berhasil menghadirkan “rumah” yang hangat dalam kebersamaan kami. Hal yang paling kami ingat sebagai anak tentang beliau adalah makanan yang selalu enak di rumah, dan tempat untuk berbagi cerita.
Pada bulan April di tahun 2012, Ibu meninggal di Bali dalam tidurnya setelah mengeluh “ngantuk dan capek.” Setelahnya ia tidak pernah bangun lagi dan betul-betul beristirahat. Kepergian alm. ibu meninggalkan banyak pertanyaan, kesedihan dan kemarahan bagi kami anak-anak dan suami yang pada saat itu sedang tinggal berjauhan. Pasalnya ibu pergi dari rumah dengan tiba-tiba 5 bulan sebelumnya, meninggalkan saya, ayah, dan adik perempuan saya. Selama 5 bulan tersebut kami hanya berkomunikasi via telepon. Antara kesal dan pasrah dengan keadaan keluarga saya pada waktu itu, ada juga perasaan lega setelah mengetahui alm. ibu saya pergi ke rumah kakak yang di Bali.
Sepeninggalnya beliau, kami masing-masing anggota keluarga berjuang untuk menerima kepergian ibu dan berdamai dengan diri kami pribadi lepas pribadi. Baru pada 2019 saya menyadari kesulitan saya untuk menerima keadaan tersebut adalah mungkin karena saya terlalu berekspektasi bahwa ibu itu harus sempurna. Dan menjadi seorang perempuan adalah berarti menjadi seperti ibu saya. Perlahan saya mulai dapat merangkul ketidaksempurnaan tersebut dan membiarkan diri saya bertumbuh.
Melalui karya foto cerita ini saya merefleksikan bagaimana ingatan dan harapan yang muncul mengenai sosok alm. ibu di benak kakak-kakak, adik, dan ayah saya. Serta apa kenangan dan kemungkinan yang terjadi selama 5 bulan saat ibu saya menghabiskan waktunya di Bali sebelum ia beristirahat dengan tenang.