Sabtu, (16/1/2021), PannaFoto Institute resmi membuka program PannaFoto Future Talent One-Year Mentorship periode 2021. Ini merupakan program pendidikan satu tahun bagi siapapun yang ingin mengembangkan pengetahuan narasi visual dan keahlian fotografi. Acara berlangsung secara daring dan diikuti oleh para mentor, tamu, dan kedua puluh satu peserta PFT.
Acara pembukaan ini menjadi sesuatu yang istimewa sebab Dr. Shahidul Alam hadir untuk membagikan pengalamannya di dunia fotografi. Ia merupakan pewarta foto dan aktivis sosial dari Bangladesh. Ia juga pendiri Patshala South Asian Media Academy–sebuah sekolah fotografi di Dhaka yang telah melatih ratusan fotografer–pendiri dan direktur pengelola Drik Picture Library, serta direktur Chobi Mela–sebuah festival fotografi di Asia.
Dalam ceramahnya, Alam menekankan bahwa ide cerita–sebagai bahan utama menggarap foto–selalu ada di sekitar kita. Cerita itu benar-benar ada di manapun, bahkan di halaman belakang rumah sekalipun dan tak perlu pergi ke lokasi yang jauh. Hal ini sekaligus menjadi catatan penting bagi para peserta PFT 2021 mengingat mereka berasal dari latar belakang, profesi, dan usia yang beragam.
Selain cerita itu bisa muncul di manapun, ia juga bisa ditemukan di dalam diri kita sendiri. Suatu cerita yang personal dan hanya diri kita sendiri yang bisa membuka akses tersebut.
Hal itu misalnya tecermin lewat sebuah potret seorang laki-laki bernama Mizan yang bekerja di rumah orangtua Alam. Di dalam foto itu, Mizan tengah menonton TV dari kejauhan sementara keluarganya menonton TV di dalam ruangan.
Bagi Mizan barangkali hal itu hanya sesuatu yang biasa saja, namun bagi Alam potret tersebut merepresentasikan isu kelas sosial. Ada jarak yang tampak kecil secara fisik tetapi sesungguhnya besar secara sosial-politik. Foto ini membuat ibunya sadar bahwa ada ketidakadilan yang terjadi di dalam rumahnya sendiri.
Foto tersebut hanya salah satu contoh yang ditampilkan Alam dan ia memotretnya di kotanya sendiri.
“Kita harus melihat ke dalam diri kita sendiri dan menginvestigasi apa saja yang ada di sekitar kita,” kata fotografer yang pernah dinobatkan sebagai Person of The Year 2018 versi majalah Time.
Alam percaya bahwa fotografi dapat membawa perubahan pada hidup kita.
“It might not change the world, but it will change your world,” tuturnya.
Alam kemudian memperlihatkan sebuah foto billboard yang terpajang di depan sebuah gedung. Foto dalam billboard itu adalah karyanya. Ia memotret bekas dan reruntuhan sebuah pabrik fesyen di Dhaka yang terbakar pada tahun 2012 lalu. Dalam peristiwa naas itu ratusan orang meninggal. Mereka terjebak di dalam pabrik karena terkunci dari dalam.
Alam sengaja mencetak foto sebesar ukuran billboard dan memamerkannya seolah-olah sama seperti cara industri fesyen memamerkan karya mereka. Ia juga sengaja memasangnya di depan gedung bank, sebab pemilik bank tersebut juga merupakan pemilik asosiasi industri pabrik yang terbakar itu.
Sebagai informasi, di Bangladesh pemilik industri garmen memiliki posisi yang sangat kuat. Maka, di sinilah letak kekuatan fotografi tersimpan–turut menyuarakan fakta dan menuntut keadilan.
Menurut Alam, sikap dan respon yang keras dari pemerintah itu sangat penting. “Sebab, kapan lagi kamu akan mendapat simpati dari pemerintah? Berarti karyamu cukup kuat.”
Pada tahun 2018, Alam uga sempat dipenjara dan dituduh oleh pemerintah karena dianggap memberikan informasi palsu saat diwawancarai Al Jazeera. Kala itu tengah terjadi gelombang protes besar di Bangladesh. Pemicunya adalah kecelakaan lalu lintas yang menewaskan dua remaja. Namun insiden tersebut hanya katalisator dari kemarahan rakyat yang memuncak terhadap pemerintahan yang korup.
Dalam sesi tanya jawab, Albertus Vembrianto, pewarta foto lepas yang tinggal di Papua, mengajukan pertanyaan perihal manajemen risiko dan strategi khusus ketika Alam mengambil cerita-cerita yang sensitif secara sosial-politik, terutama keterkaitannya dengan tentara.
Alam mengatakan bahwa dirinya memang pernah ditangkap, tetapi ada kampanye global dan tekanan dari dunia untuk melepaskannya. Sebetulnya, itu semua bisa terjadi karena ia mendedikasikan dirinya selama bertahun-tahun sebagai seorang pewarta foto, tidak hanya untuk menciptakan karya yang kuat tetapi juga menciptakan network melalui karya-karyanya.
“Jadi membangun koneksi itu sangat penting yang sudah dilakukan sejak awal. Dan kamu juga harus cukup strategis mengenai apa yang ingin kamu sampaikan. Faktamu adalah benar-benar fakta, tidak perlu dilebih-lebihkan. Pertahankan kebenaran, pertahankan fakta yang sesungguhnya,” ujar Alam.